MENYOAL HARI SANTRI NASIONAL
Sukma Nurrizki
Seperti yang telah kita ketahui, setelah presiden Susilo Bambang Yudhoyono lengser dari
jabatannya sebagai kepala Negara. Kekuasaan itu kemudian berhasil didapatkan oleh presiden
baru yang resmi menjabat pada 24 Oktober 2014. Presiden Jokowi beserta wakilnya Muhammad
Jusuf Kalla berhasil unggul.
Ketika masa kampanye berlangsung, pasangan Jokowi-Jk ini rupanya membuat sebuah
janji jika mereka berhasil maju sebagai presiden dan wakil presiden. Peristiwa ini tepatnya
terjadi di Pesantren Babussalam, Malang, dimana Presiden Jokowi menandatangi kontrak sosial
dengan konstituen untuk menjadikan tanggal 22 oktober sebagai Hari Santri Nasional. Janji
tersebut di anggap masyarakat sebagai janji mulia, meski menimbulkan kontradiktif bagi
segelintir orang.
Misalnya Fahri Hamzah, politikus PKS yang menjadi salah satu penentang gagasan
tersebut. Lebih dari itu, dia sampai melakukan Bullying pada pasangan Jokowi-Jk dan orang-
orang yang terlibat dalam pencetusan gagasan tersebut dengan mengatakan bahwa mereka
“sinting”. Menurutnya gagasan tersebut menjadi polemik karena ternyata masih banyak peristiwa
yang terjadi pada tanggal 22 Oktober.
Selain itu, Pimpinan Muhammadiyah juga turut serta memberi penolakan. Melalui surat,
mereka menyatakan bahwa Hari Santri Nasional tersebut sangat berpotensi memunculkan
disintegrasi, serta di khawatirkan kembali membangkitkan sentimen keagamaan. Tak sampai
disitu, pihak Muhammadiyah juga menjelaskan bahwa jatuhnya Hari Santri Nasional pada
tanggal 22 Oktober di nilai kurang tepat.
Karena tepat pada hari itu, adalah hari dimana wacana Resolusi Jihad yang di gagas oleh
pendiri NU K.H Hasyim Asyari. Hal itu di anggap Muhammadiyah menonjolkan satu golongan.
Namun jika menilik alasan yang di berikan presiden Jokowi tentang gagasannya menjadikan
tanggal 22 Oktober 2016 sebagai Hari Nasional memang cukup masuk akal. Beliau menuturkan
bahwa peran pejuang-pejuang dari golongan Santri begitu besar pada zaman kemerdekaan silam.
Maka, di jadikanlah Hari Santri Nasional sebagai sebuah apresiasinya.
Langkah Presiden Jokowi dinilai sudah tepat untuk memberikan penghormatan kepada
Santri, karena jasa-jasa Santri di masa lalu yang luar biasa untuk memperjuangkan kemerdekaan
serta mengawal kokohnya Negara kesatuan Republik Indonesia. Persis seperti ajaran Bung karno
bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, maka Hari Santri
Nasional tidak sekedar memberi dukungan terhadap kelompok Santri NU. Justru, inilah
penghormatan Negara terhadap sejarahnya sendiri.
Hari Santri Nasional memang berawal dari bentuk penghargaan atas perjuangan para
Santri NU. Namun, hari Santri Nasional sudah seharusnya menjadi milik kita bersama sebagai
warga satu bangsa dan setanah air. Kita juga bisa secara langsung mengambil manfaat dari hari
Santri Nasional itu sendiri, yakni memperluas nilai kebaikan dan perjuangan yang di pegang
teguh para Santri untuk di teladani oleh seluruh lapisan masyarakat. Nilai tersebut amat layak di
perluas guna menopang kekuatan dalam membangun bangsa dan negara.
*Penulis: Anggota Baru Periscope. Angkatan 2016.
MENYOAL HARI SANTRI NASIONAL
Reviewed by Unknown
on
Oktober 25, 2016
Rating:
Post a Comment